Perahu Kertas 2
Masih ingat betapa pelik lika-liku kehidupan cinta Kugy (Maudy Ayunda) dan Keenan (Adipati Dolken) di film Perahu Kertas? Hati terombang-ambing bagaikan perahu kertas yang dilarung ke air itu, ingin bertambat dan menemukan pelabuhan terakhirnya.
Setelah sibuk bergulat dengan perasaan dan kehidupan masing-masing
semasa kuliah sampai saling menemukan pasangan, dua ‘agen Neptunus’ Kugy
dan Keenan bertemu kembali di pernikahan sahabat mereka, Noni ( Sylvia
Fully) dan Eko (Fauzan Smith). Sejak itu, perahu kertas Kugy yang
sementara tertambat pada satu pelabuhan, seakan mulai melepaskan ikatan
dan kembali terombang-ambing dalam lautan perasaan.
Kali ini dengan ombak yang makin matang dan dewasa. Kehadiran Keenan
di Jakarta membawanya pada sebuah romantisme. Perasaan mereka yang
pernah terbohongi, kini bernostalgi. Keenan mengajak hati Kugy berlayar.
Dengan membawanya ke pantai terindah, mengembalikan buku catatan kisah
‘Jenderal Pilik’ yang diakuinya sebagai sumber inspirasi selama ini,
sampai mengunjungi lokasi Sakola Alit di Bojong Koneng.
Layaknya magnet yang berlawanan kutub, Kugy dan Keenan seakan saling
tarik-menarik. Keduanya makin dekat, bahkan nyaris berhasil menggapai
lebih dekat impian mereka sejak kuliah: terlibat dalam proyek melukis
dan menulis buku dongeng, bersama.
Namun, sebuah pilihan, bahkan yang didasari naluri hati, selalu
menimbulkan konsekuensi. Prestasi kerja Kugy makin merosot. Alih-alih
membuat konsep iklan yang brilian untuk AdVocaDo, ia lebih banyak
menulis dongeng. Sampai akhirnya, ia dipecat bos yang sekaligus menjadi
kekasihnya, Remigius (Reza Rahadian).
Sedangkan Keenan, terlihat sekali lebih mementingkan janjinya dengan
Kugy dibanding sang kekasih, Luhde (Elyza Mulachela), yang mendadak
datang dari Bali ke Jakarta hanya untuk menemuinya. Sampai akhirnya,
sebuah kenyataan menghempaskan mimpi yang makin melambung.
Kugy bertemu Luhde saat wisata kantor di Bali. Ia begitu mengagumi
dan menyayangi sosoknya yang polos, anggun, dan bersahaja. Saat
ditunjukkannya foto Luhde pada Remi, tanpa tedeng aling-aling sang
kekasih langsung menyebut perempuan Bali itu sebagai kekasih Keenan,
pelukis favoritnya selama ini.
Puzzle yang awalnya berserakan, perlahan menyatu. Pikiran Kugy membayangkan slide demi slide kejadian
yang entah bagaimana, menjadi sebuah kebetulan yang terhubung. Di
tengah kegalauan yang tak dipahaminya itu, Remi hadir sebagai sosok
dewasa yang memberi Kugy cincin. Serangan kenyataan yang bertubi-tubi
itu, membuat pertahanan Kugy runtuh. Ia tak mampu menghadapi hantaman
perasaan di hatinya. Melukai hati sesempurna Remi dan Luhde, atau
membohongi perasaannya sendiri?
Di satu sisi, Keenan pun menemukan puzzle-nya sendiri.
Menghilangnya Kugy yang ternyata bersembunyi di rumah sang kakak, Karel
(Ben Kasyafani), melemparkan Keenan ke masa lalu. Ia ‘ditampar’
kenyataan bahwa sebenarnya sejak dulu hatinya dan Kugy telah menyatu
tanpa mereka sadari.
Sayang, ia terlambat menyadari, dan kini perahu kertas Kugy telah
dimiliki Remi, yang sudah dianggapnya sebagai kakak sendiri. Remi,
pembeli lukisan pertamanya, yang sekaligus memutar balikkan hidup Keenan
dari pelukis ingusan menjadi punya nama. Atas nama kebesaran hati,
meski sakit, Kugy dan Keenan pun memutuskan mengikhlaskan cinta mereka.
Keduanya pun kembali ke kehidupan masing-masing. Mencoba berbahagia
dengan pelabuhan yang mereka pilih.
Namun, hati itu dipilih, bukan memilih. Konflik percintaan ‘double
K’, tidak sesederhana itu. Kompleksitas kisah cinta dua ‘agen Neptunus’
itu masih berlanjut, dan bisa dijamin akan membuat emosi Anda sebagai
penonton, ikut terombang-ambing. Keping puzzle demi puzzle makin
lengkap, dan semua rahasia hati akan terungkap. Sampai nantinya, entah
di mana perahu kertas yang cukup lama berlayar itu, benar-benar akan
berlabuh dengan nyaman, lega, dan bahagia.
Mengutip kata Dewi ‘Dee’ Lestari sebagai penulis novel sekaligus penulis skenario, Perahu Kertas 2 memang
menampilkan konflik yang jauh lebih matang, dewasa, dengan pertaruhan
yang lebih besar. Berbeda dengan film pertama yang suasananya masih
ringan dan berbau anak kuliahan.
Kalau Hanung Bramantyo, sang sutradara, mengaku takut menghadapi
pembaca novel yang akan menjadi juri atas karya filmnya, kali ini ia
lebih khawatir. Ada pembaca novel, sekaligus penonton Perahu Kertas pertama yang akan menilai film ini.
Untuk itu, ia menyiapkan sebuah kejutan di akhir cerita. Sebuah
pelengkap manis yang telah didiskusikannya cukup lama dengan sang
penulis novel. Menurut Dee, sentuhan itu tidak mengganggu kisah asli,
justru menggenapkan.
Namun jujur, akhir dari Perahu Kertas 2 justru sedikit
menimbulkan kekecewaan bagi penikmat novel Dee. Ada karakter yang telah
dibangun begitu sempurna, namun mendadak terdegradasi di akhir cerita.
Lika-liku hati yang saling menemukan tambatan, bisa menjadi happy ending, sekaligus penilaian akhir penonton terhadap keseluruhan karya Hanung kali ini.
Perahu Kertas pertama meraup lebih dari 600 ribu penonton sejak diputar 16 Agustus lalu, berada di urutan ketiga setelah The Raid dan Negeri 5 Menara.
Kini, kelanjutan kisah Kugy dan Keenan yang menjadi idola dan tren baru
di kalangan remaja, siap berlayar. Anda bisa menikmati sajian ringan
namun penuh emosional ini di bioskop, mulai 4 Oktober 2012. Selamat
menonton, mengenang masa lalu, tersenyum, menangis, dan menarik napas
lega. (umi)
0 komentar
Tambahkan Komentar Anda